Budaya Perusahaan Untuk UKM


Disampaikan pada Forum Jumat Berbagi TDA Tangerang - Januari 2012

Umumnya usaha kecil & menengah tidak terlalu mempedulikan mengenai konsep budaya, apa itu budaya perusahaan? Apa pentingnya aspek budaya dalam perusahaan? Apakah budaya dapat meningkatkan omset? Padahal, disadari atau tidak, berjalannya usaha kita saat ini tidak terlepas dari faktor budaya yang melingkupinya. Mungkin kita tidak sadar, tapi coba lihat, suasana kantor atau tempat yang menjadi usaha kita, apakah rapih, tertib, bersih ataukah sebaliknya? Kemudian bagaimana dengan cara kita atau anak buah kita berpakaian, berpenampilan? Dalam menerima tamu, melayani konsumen atau dalam menghadapi meeting? Apakah baik2 saja, sesuai harapan kita sebagai owner atau ada yang harus direview? Mungkin juga bisa kita lihat saat waktu jam kerja selesai, apakah anak buah kita sudah gatal ingin pulang atau masih bersemangat berusaha menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai?

Hal itu semua sejatinya adalah perwujudan dari budaya yang berlaku pada perusahaan itu. Tentu alangkah baiknya bila tingkah laku yang terwujud adalah tingkah laku yang selaras dengan apa yang menjadi harapan perusahaan. Disinilah letak mulainya kajian akan faktor budaya dalam perusahaan. Bahwa ternyata budaya dapat mempengaruhi suatu pencapaian maupun perkembangan usaha. Jadi, yes! bahwa budaya yg tepat dapat meningkatkan omset! Owner atau pemilik usaha yang tidak memperhatikan faktor ini akan melapangkan jalan bagi anak buah atau karyawannya untuk menciptakan budaya perusahaannya sendiri. Jangan heran apabila nantinya menjadi sulit bagi owner untuk menuntut budaya kerja yang baik bila budaya kerja karyawan sudah terbentuk!

Konsep budaya menurut Geertz (1986), adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yg digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan terwujudnya kelakuan. Budaya mengacu kepada seperangkat norma dan aturan yang mengatur segala tingkah laku anggota suatu kelompok agar tercipta keseimbangan interaksi diantara mereka. Sehingga definisi dasar dari budaya adalah cara kolektif kita dalam bagaimana melakukan sesuatu disini. How we do things around here. Hal tersebut melibatkan separangkat perilaku yang dipelajari dimana merupakan pengetahuan yang umum berlaku untuk semua. Perilaku ini didasarkan pada sistem makna bersama yang membimbing persepsi kita, pemahaman kita tentang peristiwa dan apa yang kita perhatikan. Sehingga dalam konteks perusahaan, budaya perusahaan merujuk kepada sikap, nilai-nilai, standar, kode dan perilaku manajemen perusahaan dan karyawan.

Sun Tzu, seorang jenderal militer Cina dari 3000 SM, menunjukkan dalam penjelasannya tentang strategi, bahwa budaya merupakan bagian integral dari setiap strategi organisasi. Ini terdiri dari Tao - keyakinan yang tercipta dan terbagi, nilai-nilai, dan perekat yang memegang sebuah organisasi bersama-sama, dan juga melibatkan sifat alami suatu organisasi. Sehingga dalam rangka mencapai visi organisasi perusahaan maka diperlukan budaya dan iklim yang akan mendukung tujuan, dan tindakan yang akan membuat itu terjadi.

Menurut Schein, budaya adalah atribut organisasi yang paling sulit untuk diubah, melampaui siklus hidup produk, layanan, pendiri dan kepemimpinan dan semua atribut fisik lainnya dari suatu organisasi. Model organisasi Schein dijelaskan dengan tiga tingkat kognitif dari budaya organisasi:

1) Artefak adalah atribut organisasi yang paling dapat dilihat, dirasakan dan didengar oleh pengamat dari luar. Termasuk adalah fasilitas, kantor, perabotan, penghargaan dan pengakuan yang terlihat, cara yang anggotanya berpakaian, bagaimana setiap orang terlihat berinteraksi satu sama lain dan dgn pihak luar organisasi, dan bahkan slogan perusahaan, pernyataan misi dan kepercayaan operasional lainnya. Bahasa, cerita, dan mitos adalah contoh dari artefak verbal dan diwakili dalam ritual dan upacara. Teknologi dan seni dipamerkan oleh anggota atau organisasi adalah contoh artefak fisik.

2) Nilai-nilai bersama adalah preferensi individu tentang aspek-aspek tertentu dari budaya organisasi (misalnya loyalitas, layanan pelanggan). Pada tingkat ini, nilai-nilai lokal dan pribadi secara luas dinyatakan dalam organisasi.

3) Tacit Knowledge. Pada tingkat ketiga dan terdalam. Ini adalah elemen-elemen budaya yang tak terlihat dan tidak kognitif dalam interaksi sehari-hari diidentifikasi antara anggota organisasi. Selain itu, ini adalah elemen-elemen budaya yang sering tabu untuk mendiskusikan dalam organisasi.

Dengan uraian ciri-ciri tsb, apakah konsep budaya perusahaan relevan diterapkan pada UKM? Ya. Karena budaya adalah kekuatan terbesar yang dapat mempengaruhi karyawan. Sebagai pengusaha, tentunya kita ingin agar karyawan memiliki tujuan yang sinergis dengan tujuan perusahaan. Tidak peduli berapa banyak karyawan yang kita miliki (10, 20… atau bahkan mgkn hny kita & istri). Harapan utama pengusaha adalah agar ‘karyawan’ dapat memproyeksikan budaya perusahaan yang jelas kepada pelanggan, vendor, supllier dan pihak2 lain sebagaimana perusahaan kita ingin dipahami.

Apa perbedaan nyata dari budaya perusahaan untuk UKM? Yang jelas, UKM memiliki budaya perusahaan yang unik. Perbedaan nyata antara budaya dalam UKM dengan budaya perusahaan dalam bisnis yang lebih besar adalah ANDA. Kultur sangat ditentukan oleh tindakan pemilik-pengusaha-operator-manajer! Anda harus mengubah diri anda menjadi selaras dengan apa yang menjadi tujuan perusahaan anda sendiri (Berdasarkan Busines Plan).

Budaya perusahaan ibarat puncak gunung es!

Langkah2 yg bisa dilakukan ANDA sebagai pemilik UKM utk mengimplementasikan konsep budaya dalam usaha anda adalah:

1) Indentifikasi nilai2 yg anda anut, bisa merujuk pada nilai budaya makro dari etnis asal anda atau agama yg anda anut.

2) Tentukan norma2 tingkah laku yg diinginkan perusahaan dlm setiap proses usaha – SOP.

3) Temukan & ciptakan simbol2 yg konsisten & mengacu kepada budaya yg ingin anda proyeksikan pd usaha anda – logo/warna perusahaan/moto/semboyan dll.

4) Rekrutmen adl proses inisiasi shg sdh hrs melihat apakah seorang calon kary sesuai dg nilai2 dlm perusahaan.

5) Kumpulkan cerita2 otentik anda dlm proses membangun usaha – ada nilai disitu.

6) Business Plan adalah kerangka budaya yg menjadi pedoman.

7) Visi, Misi, Strategi & Proses adalah perwujudan dari implementasi budaya perusahaan anda

8) Tetap fleksibel krn budaya sejatinya selalu berkembang